Kamar Buku Tua

Perjalanan sore hari menuju “kamar-kamar buku tua” yang kosong. Dari kejauhan bahkan aroma buku tua sudah sangat menakjubkan. Seperti terbawa ke kamar yang berbeda. Kamar berdindingkan kayu dan rak-rak penuh buku tua. Derap langkah yang berdenyit dan tanaman monstera yang menari diiringi angin. Telah lama sudut-sudut kamar menanam kenangan, tumbuh dengan subur tanpa perlu dirawat. Kaca jendela yang mengintip tiap jengkal kejadian, menyimpannya dengan rapat berpura-pura tidur.

Apa yang dikatakan waktu terhadap langkah?

Apa yang disepakati waktu terhadap sunyi?

Apa yang disembunyikan tempat terhadap kenangan?

Apa yang ditunggu tempat terhadap masa?

Derap langkah mana yang semakin sunyi?

Derap langkah mana yang menjadi diam?

 

Source Pinterest

         Derap langkah yang berdenyit tidak bisa ia berbohong. Ia mencoba sunyi untuk menjamah tiap buku dengan hati-hati. Membacanya dengan seksama. Membangunkan sofa goyang yang sudah lama ditinggal pemiliknya. Pada akhirnya, waktu sudah mengalahkan kenangan. Membacanya dengan seksama pun sudah tanpa suara.

        Waktu sudah menjawab tunai rupanya entah sejak kapan. Kemudian telah menyicil pertanyaan-pertanyaan baru. Sudah lama ia berdetak, bosan dengan langkah yang mencoba berlari juga langkah yang mencoba sunyi. Belum sampai ia pada waktu yang ditentukan, namun sudah menjadikannya patah berkali-kali karna mencoba berlari terlalu kencang. Semakin  banyak saja kamar tua yang kosong jadinya.

 

“lantainya berdenyit terus. Harus diganti!” sambil berjalan kesana kemari

“jangan, biar ketahuan”

“siapa?”

“siapa saja yang memasukinya biar ketahuan”

 

Komentar