Tuli

Sebentar lagi matahari turun dari langit. Menyisakan remang yang indah. Malam akan segera tiba, rasanya sungguh sunyi. Aku menarik napas yang panjang. Menghirup tiap jengkal kekesalan. Berharap bisa menyelesaikan semua dalam satu tarikan napas.

Aku melihat sekitar dari balik jendela kaca kamar, rupanya semua masih tetap indah. Semua presisi sesuai porsinya. Lalu timbul pertanyaan baru. "Apakah aku presisi sesuai porsiku ?".

Beberapa hal rasanya tidak layak terjadi untukku. Aku memilah seolah akulah yang berhak menentukan semua hal. Tanpa sadar aku melangit terlalu tinggi, lupa menapak. Lupa dimana aku berjalan. Lupa kapan terakhir kali aku bersujud benar-benar memohon ampun. Lupa rasanya menangis dalam sujud. Aku lupa membumi.

Bahkan ketika melupa, nikmat masih saja membuntuti hingga lupa bagaimana bersyukur. Maafkan aku semesta, aku masih saja tuli sedangkan engkau masih saja mendengar. 

Komentar

Aya Zahir mengatakan…
Ini kok nusuk banget ya. Fitrah manusia tempat salah tuh justru malah dijadikan pembenaran ketika melakukan kesalahan. Lupa bersyukur, pura-pura gak ingat kalau Tuhan liat.
Menyentuh sekali kak Nad :(
Nadia Munisa mengatakan…
Huhu makasih banyak kak :)))