Jarak

Rupanya perlu juga mengambil jarak. Setelah sekian lama berkutat dengan masalah yang sama berkali-kali hingga tidak lagi menemukan pintu keluar. Yang dibutuhkan hanya jeda. Sebentar saja.

Sunyi rasanya lebih menyayat ketika langkah sudah tidak lagi memberi tujuan. Tapi bukankah sunyi sudah menjadi sahabat sejak lama? Di ruang tanpa celah ini, rasanya seperti kepanasan tanpa adanya api. Darimana datangnya api? Bukankah sejak lama ruang ini hanya milikku. 

Aku mulai mendengarkan kata hati untuk duduk dulu, memberi jeda pada waktu. Memberikannya ruang untuk kembali dingin seperti sedia kala. Aku kembali menyandarkan punggung pada dinding tanpa celah. Dia kembali menyerap hujan, agar matahari kembali hadir sedikit lebih lama. 

Komentar